spirit.my.id
Diberbagai daerah TBM tumbuh mekar bahkan sampai ke pelosok-pelosok bumi nusantara.
Namun begitu, faktanya banyak kendala yang dihadapi pengelola TBM.
Artikel Terkait :
https://www.spirit.my.id/2018/09/susah-dan-ribet-di-jepang-sejak-dini.html?m=1
Nah, sehubungan dengan hal ini, Restu Nugraha Pemimpin Redaksi spirit media inspiratif, berbincang dengan Ketua TBM Pusat bernama Opik.
Pertemuan tersebut berlangsung disela-sela kegiatan “Pembinaan Komunitas Penggerak Literasi” untuk komunitas literasi dan TBM Se-Kabupaten Bandung Barat yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa provinsi Jawa Barat, di Hotel & Cafe The La Oma, 5-6 April 2022.
Pria asal Garut ini menjelaskan, kendala yang dihadapi pengelola TBM di seluruh Indonesia adalah bahan bacaan.
“Walapun sekarang sudah ada bacaan digital tapi belum semua TBM akrab dengan itu. Lalu kapasitas pengurus beragam. Untuk menjembatani dengan program – program seperti ini untuk meningkatkan kapasitas mereka,” katanya.
Lanjutnya, ada satu tantangan lainnya yakni relawan.
Opik, begitu disapa menerangkan, tidak semua daerah memiliki relawan yang sama banyaknya, karena hal itu tergantung tempat TBM beroperasi.
“Misalnya di Bandung yang dekat universitas, biasanya TBM lebih gampang mendapat relawan, ada aksesnya. Tapi di titik-titik tertentu si pengurus TBM berjuang sendiri atau berjuang dengan kawan dekatnya,” terang sang Ketua.
Meski demikian, dirinya dan pengurus pusat tak tinggal diam terus berusaha agar kendala yang ada bisa ditaklukkan sehingga keberadaan TBM benar-benar dirasakan manfaatnya.
Salah satu kiatnya dengan share webinar yang dilaksanakan rutin tiap bulan dengan nara sumber yang berbobot baik dari kalangan pejabat publik maupun artis.
“Ada Bupati, artis, penulis. Ngobrol aktifitas dia dengan buku dan pandangannya terhadap TBM. kemudian usaha selanjutnya adalah TBM ini terbagi dalam beberapa kepengurusan ada pengurus pusat, daerah. Kami dari pengurus pusat tentu saja lingkup kerjanya harus dekat dengan para pihak dilingkungan level nasional seperti Kemendikbud, balai bahasa, universitas dan lainnya,” jelasnya.
Demikian pula dengan di daerah. para pengelola TBM sejatinya aktif melakukan berbagai kegiatan diantaranya berkomunikasi dengan pemerintah setempat baik Kota atau Kabupaten.
Baca Juga :
https://www.spirit.my.id/2019/10/jeje-ruhani-kita-kebutuhannya-baca-al.html?m=1
Opik juga menyadari, forum TBM ini merupakan gerakan kerelawanan artinya tidak ada dana operasional.
“Namun ikhtiar-ikhtiar lain akan kami coba terus lakukan diantaranya menguatkan kampanye keberadaan TBM ini melalui digital karena itu bisa menghilang skat jarak, skat waktu. Kami terus berupaya melakukan penguatan pada lembaganya,” ucapnya.
Terakhir, pembina komunitas TBM Ngejah, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut ini berharap acara pelatihan ini bisa memantik pengetahuan dan keterampilan pengelola TBM untuk terus berusaha meningkatkan minat baca dan pengetahuan masyarakat.
“Juga tak kalah pentingnya di acara ini saling bertemu, jadi tidak merasa sendirian saling berpegang tangan bahwa kita akan terus berkolaborasi berjuang dengan apa yang kita sudah rintis,” tutupnya.
(Res)